TINJAUAN
Nyata! Ditampilkan dengan luar biasa pekuburan melekat di dinding tebing bukit tinggi dan dipahat dengan sabarnya selama berbulan-bulan. Di sinilah Anda dapat merasakan langsung aura kematian dibingkai adat budaya berharmoni dengan alam. Lemo diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16 dan menjadi makam kepala Suku Toraja. Tidak perlu dipertanyakan lagi kewajiban menyambangi tempat ini tentunya!
Lemo telah muncul sejak dahulu menjadi daya tarik yang memukau di Toraja. Sebuah kubur batu menjadi pemandangan luar biasa menyatu bersama hamparan sawah yang menghijau. Anda dapat menyambanginya di Desa Pangden, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Lemo merupakan kuburan yang dibentuk di dinding bukit dan awalnya khusus diperuntukan bagi bangsawan suku Toraja. Ada lebih dari 70 buah lubang batu kuno menempel di dindingnya dan padanya disimpan patung kayu (tao-tao) sebagai representasi dari mereka yang sudah meninggal. Tidak semua orang Toraja bisa dibuatkan tao-tao, hanya kalangan bangsawan saja yang berhak dibuatkan tao-tao dan itu pun setelah memenuhi persyaratan adat.
Di lubang kuburan berukuran 3 x 5 meter itu nyatanya satu lubang berisikan satu keluarga. Di beberapa tempat nampak peti-peti mati ditumpuk atau diatur sedemikian rupa sesuai garis keturunan atau keluarganya. Bagian depan lubang berfungsi untuk memasukkan jenazah, beberapa ada yang ditutupi pintu kayu berukir atau hanya penutup dari bambu.
Nama lemo sendiri berarti jeruk, itu dimaksudkan pada gua batu terbesarnya yang berbentuk bundar menyerupai buah jeruk, lubang-lubang kuburannya seakan membentuk pori-pori buah jeruk. Menurut penuturan masyarakat setempat, kuburan tertua di tempat ini adalah seorang tetua adat bernama Songgi Patalo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar