Rabu, 23 Desember 2015

TANA TORAJA: NEGERINYA ORANG MATI YANG HIDUP

TINJAUAN

Terlindung aman di luar gunung tinggi dan tebing batu granit, inilah rumah dimana  masyarakat Toraja tinggal. Di salah satu tempat terindah di Indonesia dengan lembah menghijau, terasering sawah terhampar, dan perkebunan kopi di antara sungai yang membelah hutan lebat. Lebih memikat lagi adalah daya magis dalam budaya megalitik yang memukau.

Pesona Toraja pun menyeruak dengan tengkorak manusia yang sebelumnya dibubuhi ritus adat kematian yang tiada bandingannya dengan pengorbanan puluhan kerbau dan babi. Bahkan, berkat kekayaan budayanya, tahun 2004 Tana Toraja dimasukkan dalam daftar sementara warisan budaya dunia oleh UNESCO (Inscription World Heritage-C1038).


Di Toraja Anda dapat melihat makam yang dipahat di tebing cadas Lemo, makam goa purba di Londa, menhir di Rante Karassik, dan perkampungan Kete Kesu nan unik. Semuanya terpeliharanya dalam bingkai adat budaya karena masyarakatnya sangat menghormati leluhur dengan tetap menjaga pekuburan para leluhur.

Masyarakat Toraja percaya bahwa leluhur mereka turun dari langit dan tinggal di tanah yang subur di Toraja. Untuk menjaga kekuatan tanah dan rakyatnya, keturunan mereka harus menggelar ritual perayaan bagi mereka yang hidup dan yang telah mati. Bagi orang Toraja kehidupan secara ketat dipisahkan dari upacara kematian. Ritual kematian dapat berlangsung selama berhari-hari melibatkan seluruh penduduk desa. Tidak hanya saat berkabung tetapi juga untuk acara hiburan dan kekerabatan.

Tidak sedikit orang mengidentikkan ritual orang Toraja dengan mahalnya nilai hewan yang disembelih. Akan tetapi, Anda perlu melihatnya dari banyak sudut pandang, seperti dari sisi adat, warisan, pariwisata dan lainnya. Ritual tersebut masih dipertahankan untuk mengurangi kesenjangan antara yang miskin, menengah dan kaya. Saat penguburan tidak dilakukan segera karena biaya maka akan ditunda selama beberapa bulan bahkan kadang bertahun-tahun dengan disimpan di rumah khusus hingga waktu yang tepat dan tersedianya dana. Upacara kematian diadakan setelah musim panen selesai, biasanya antara Juli dan September. Sementara upacara kehidupan digelar saat musim tanam di bulan Oktober.

Ada banyak dialek yang digunakan di Toraja, tergantung sistem kekerabatan warganya. Satu area tertentu dapat dihuni oleh satu marga yang di dalamnya terdapat adat dan struktur sosial yang berbeda, contohnya Anda dapat melihat beberapa desa memiliki warga yang terdiri dari pemimpin dan pengikut tetapi terdapat desa lain yang dihuni oleh masyarakat tanpa perbedaan status.

AKTIVITAS

KULINER, BERBELANJA, AKOMODASI, KEGIATAN

Ada banyak restoran di tujuan wisata dan warung di sepanjang jalan. Lebih baik bawalah makanan sendiri ketika berpergian. Menu khas makanan Toraja yang dapat Anda cicipi adalah pakpiong ayam, sayur daun ubi yang di tumbuk, sate keong, puding labu, dan banyak menu khas lainnya.
Pa'piong yaitu masakan tradisional Toraja yang dimasukkan ke dalam bambu berisi daging babi, daging kerbau, daging ikan mas. Dagingnya tidak dicampur satu dengan yang lain tetapi dicampur dengan sayur dan bumbu. Sayurnya (utan bulunangko) atau sayur mayana yang kadang menggunakan buah nangka muda atau batang pisang. Bumbu sayur dicampur dengan garam, jahe, daun bawang dan cabe. Kadang juga daging babi, daging ayam, ikan mas atau daging kerbau ditambahkan darahnya dicampur baik daging yang sudah di potong kecil, sayur, dan bumbu. Setelah semuanya tercampur rata, lalu dimasukkan ke dalam tabung-tabung bambu muda yang sudah dipotong sepanjang ruasnya. Selanjutnya, bambu ditutup remasan daun pisang lalu dibakar langsung di atas perapian dengan kayu yang agak sulit terbakar dibentangkan melintang dan kedua ujungnya ditopang untuk menyandarkan bambu tersebut.
Ikan dan daging babi pun biasa dimasak dengan bumbu hitam keluwak, makanan ini diberi nama "pammasaran". Ikan yang digunakan biasanya ikan mas dan lele. Jika memungkinkan cobalah mencicipi tuak toraja. Ini merupakan minuman dengan kadar alkohol 15% yang terbuat dari fermentasi nira atau cairan manis dari bunga pohon enau. Warna tuak adalah putih dan rasanya agak manis.
Tidak lengkap jika Anda berkunjung ke Tana Toraja tanpa menikmati kopi toraja. Kopi toraja adalah satu minuman yang dicari oleh setiap orang yang berkunjung ke Toraja. Kopi Toraja terkenal dan telah mendunia di kalangan pecinta kopi. Kopi toraja merupakan jenis kopi arabika (cofeea arabica) yang tumbuh di ketinggian 700 - 1.700 m dpl dengan suhu rata-rata 16 - 20 °C beriklim kering selama 3 bulan per tahun berturut-turut.
Ada banyak toko souvenir di Rantepao dimana Anda dapat membeli barang khas Tanah Toraja seperti pakaian, tas, dompet, dan kerajinan lainnya.
Di Rantepao, Anda dapat mengunjungi pasar tradisional Bolu dan mendapatkan biji kopi toraja berkualitas tinggi seperti Robusta dan Arabika. Di sini Anda juga dapat menemukan kalung manik-manik antik nan cantik. Pada saat pasar mingguan upayakanlah untuk melihat transaksi kerbau dan babi yang sedang dilelang. Kerbau atau tedong dan babi, banyak diperjualbelikan bahkan bisa mencapai lebih dari 500 ekor kerbau dan babi dijual di pasar ini.
Di Lemo Anda dapat membeli berbagai cenderamata untuk oleh-oleh seperti kaos bergambar tongkonan, kain tenun khas Tana Toraja, peralatan rumah tangga dari kayu dengan ukiran khas Tana Toraja, dan masih banyak lagi.
Di beberapa di pasar tradisional setempat dapat Anda temukan buah-buahan seperti tamarella atau terong belanda dan ikan mas.
Hasil kerajinan Toraja kerap dijadikan obyek lelang oleh para pedagang internasional. Beberapa barang kerajinan dibuat sesuai permintaan. Kain tenun khas Toraja tidak pernah berhenti dibuat dan dijual walaupun dahulu hanya sebatas dikenakan oleh anggota keluarga. Semua ini kemudian menyebabkan roda ekonomi Toraja terus berputar, bahkan banyak dari mereka yang mampu menyekolahkan anaknya hingga ke ibukota demi pendidikan yang lebih tinggi.
Anda yang ingin tinggal di Rantepao tersedia beragam hotel besar maupun kecil yang dapat dipesan melalui agen perjalanan atau langsung di tempat. Apabila Anda memiliki jiwa petualang mengapa tidak untuk mencoba menginap di rumah pedesaan.
Berikut sejulah hotel di Tanah Toraja yang dapat menjadi referensi.
Toraja Heritage Hotel
Jl. Kete Kesu, Rantepao, Toraja Utara
Tlp. +62 423 21192

Hotel Indra Toraja
Jl. Londorundun No.62, Tana Toraja
Tlp. +62 423 21583

Toraja Misiliana Hotel
Jl. Pongtiku No.27, Rantepao, Tana Toraja
Tlp. +62 42321212

Luta Resort Toraja
Jl. Dr. Ratulangi No.26, Rantepao,
Tlp. +62 423 21060

Hotel Marante Toraja
Jl. Jurusan Palopo, Rantepao
Tlp. +62 423 21122

Hotel Pison Toraja
Jl. Pongtiku GII No.8, Rantepao
Tlp. 423 21344

Sahid Toraja
Jl. Raya Gettengan No.1, Tanah Toraja
Tlp. +62 624 2322444
Anda yang datang ke Toraja akan tertarik pada keunikan budaya juga pada ritualnya terutama upacara penguburan dan kuburannya. Pilhan lainnya adalah melakukan trekking ke pedesaan sekitar Toraja yang hampir tak tersentuh, mencumbu desa-desa terpencil atau berarung jeram di Sungai Sa'dan.
Berkelilinglah ke Londa, Lemo dan Tampang Allo dimana Anda dapat melihat pemakaman yang telah terkenal ke dunia internasional, sebuah pemakaman di dinding berbatu dan gua-gua yang dipenuhi peti mati dan tulang-belulang manusia. Anda tidak perlu takut untuk masuk ke dalam, asal tidak sekali-sekali Anda ada keinginan untuk mengambil tulang belulang mereka.
Datanglah di bulan Juni, Juli, atau Desember untuk menjadi saksi penyembelihan puluhan kerbau dan babi secara kolosal oleh para penjagal. Anda akan melihat bagaimana unik dan sakralnya adat-istiadat di tempat ini. Kerbau bagi masyarakat Toraja merupakan hewan kurban saat upacara kematian, di samping babi. Menurut kepercayaan, arwah kerbau menjadi sarana transportasi bagi arwah yang meninggal untuk menuju puya, yaitu tempat peristirahatan yang terletak di selatan tempat tinggal manusia.
Upacara adat kematian Rambu Solo adalah upacara kematian dimana keluarga yang ditinggalkan membuat pesta sebagai tanda penghormatan kepada yang meninggal. Pesta ini mulai berlangsung satu malam bahkan hingga tujuh malam dengan menyembelih berpuluh-puluh ekor kerbau dan babi bergantung strata sosial dalam masyarakat Toraja.
Untuk melihat tempat tinggal orang Toraja, kunjungi Desa Ke'te Kesu’. Anda akan menemukan deretan Tongkonan dihias indah bersama pendamping lumbung padi. Tongkonan adalah rumah khas Toraja dengan atap mirip pelana atau mengingatkan Anda pada tanduk kerbau. Atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun bertumpuk, namun saat ini banyak juga yang menggunakan seng. Tongkonan memiliki strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat seperti strata emas, perunggu, besi dan kuningan. Dinding rumah tradisional ini dihiasi pola abstrak dan geometris dengan warna hitam alami, merah, dan putih. Ke'te Kesu juga dikenal dengan ukiran bambu dan kerajinan tradisional.
Di Lemo terdapat kuburan yang menempel di dinding khusus bagi bangsawan. Kawasan pekuburan batu ini disebut Lemo karena gua batu terbesarnya berbentuk bundar, menyerupai buah jeruk, dan liang-liang kuburannya seakan membentuk bintik-bintik pada buah jeruk tersebut. Konon, kuburan yang tertua di Lemo ini adalah kuburan seorang tetua adat bernama Songgi Patalo yang berumur 500 tahun. Di Suaya ada makam keluarga raja, sedangkan di dekat Sangala ada kuburan pohon bayi. Kepercayaan Toraja kuno meyakini bahwa bayi dan anak-anak yang mati harus dikubur di sebuah pohon, dimana pohon akan tumbuh di sekitar mayat.
Kunjungi juga Palawa, yaitu pusat tenun Toraja dan desa adat untuk melihat rumah tradisional Tongkonan dan kawasan penguburan sekaligus tempat untuk melakukan upacara dan festival. Lanjutkan perjalanan Anda ke Batu Tumonga di lereng Gunung Sesean sekitar 25km dari Rantepao. Di sini Anda akan menemukan panorama terasering sawah yang indah hijau berkilauan tersebar bersama batu-batu megalitik besar. Sejumlah batu-batu ini telah berubah menjadi kuburan Gua Sa’ dan sampai ke ‘Barana’ adalah pusat anyaman tradisional, berada di Sesean sekitar 16 km sebelah utara Rantepao. Daerah ini dikenal memilki tenun ikat tradisional khas Toraja.
Jika Anda memiliki waktu lebih panjang, kunjungi Marante, 6 km dari timur Rantepao atau Nanggala sekira 11 km dari Rantepao. Di sini Anda bisa lebih dekat dengan jajaran Tongkonan dan melihat indahnya arsitektur bangunan tersebut. Untuk pengalaman berbeda, habiskan hari dengan perjalanan santai dari Rantepao menuju Sadan. Tidak jauh dari situ terdapat jalur pendek menuju Palawa dimana Anda bisa melihat Tongkonan yang diperindah dengan kerangka kepala kerbau.
Ada beberapa area di Rantepao yang dikelilingi oleh Gunung Sesean, yakni puncak tertinggi di area tersebut. Wilayahnya cukup mudah dijangkau hanya saja belum banyak yang mengunjunginya. Gunung Sesean menjulang 2328 m dpl dan bisa didaki selama beberapa jam dari Batutumonga.

BERKELILING

Bemo merupakan alat transportasi setempat dan cara terbaik untuk berkeliling di Rantepao. Terdapat penyewaan motor (Rp15.000,- per jam atau Rp100.000,- per hari). Untuk rombongan dapat menyewa minibus atau mobil beserta pengemudi dengan tarif mulaidari Rp400.000,- per hari.

TRANSPORTASI

Untuk sampai ke Tana Toraja Anda harus terbang ke Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Ada banyak maskapai penerbangan terbang ke dan dari Makassar baik dari Jakarta, Bali, Manado, dan kota-kota lain. (lihat: Penerbangan ke Makassar)
Dari Bandara Hasanuddin, terdapat dua pilihan transportasi yang dapat membawa Anda ke Tana Toraja yaitu menggunakan pesawat kecil berkapasitas 24 orang atau menyewa mobil melalui jalan darat.
Menggunakan pesawat, Anda akan sampai di Bandara Pong Tiku, terletak di Rantetayo, Tana Toraja, dalam waktu 45 menit, sedangkan jika menempuh jalan darat, baru 8 jam kemudian Anda tiba di Tana Toraja. Bandara dioperasikan dengan maskapai Express Air yang terbang dalam dua kali seminggu namun jadwalnya selalu berubah-ubah. Untuk reservasi silahkan menghubungi Express Air Makassar (0411-833555). Bandara ini juga melayani penerbangan charter.
Melalui darat ada banyak bus ke Rantepao dari Makassar setiap hari. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 8 jam, termasuk untuk berhenti makan. Tiket harus dibeli di kota dan berangkat dari terminal bus DAYA sekitar 20 menit perjalanan dengan menggunakan Bemo. Tarif bus dimulai dari Rp75-200 ribu dengan berbagai kelas mulai dari Non AC, AC VIP, Executive hingga Super Executive. Jalur darat Makassar-Toraja merupakan jalur yang cukup padat. Sangat banyak operator bus yang mempunyai rute ini. Beberapa perusahaan di Rantepao mengoperasikan bus ke Makassar. Jumlah bus setiap hari tergantung jumlah penumpangnya. Akan lebih baik dan mudah untuk Anda meminta bantuan agen perjalanan berpengalaman dalam menyusun dan mengurus perjalanan ke Toraja.
Anda juga dapat menyewa mobil dari Makassar selama beberapa hari. Ibu kota Toraja adalah Makale tetapi wisatawan biasanya pergi ke kota Rantepao, jantungnya Tana Toraja. Jalan dari Makassar ke Toraja sejauh 130 km akan mengajak Anda menyusuri pesisir yang kemudain berakhir di pegunungan. Anda akan melewati Pasar Mebali dengan latar batu granit dan pegunungan. Keindahan ini sempurna dalam balutan kontras tumbuhan hijau.

FOTO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar